Monday, October 12, 2015

(Kimia Menurut Sains Islam)

Oleh:Amin Khalili Bin Abu Bakar

PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah S.W.T tuhan sekalian alam serta selawat dan salam atas junjungan kita Rasulullah S.A.W. Alhamdulillah dengan keberkatanNya, saya dapat mengkaji dan menyiapkan tugasan yang diamanahkan ini dengan sempurna. Sungguh sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang kimia sangat banyak dan beraneka. Tidak satupun dalam berbagai realiti sains melainkan ia memiliki dasar di dalam Al-quran yang agung begitu jua di dalam hadis nabi yang mulia. Sebagaimana firman Allah S.W.T: “Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Al-An’am:38).

Melalui skop tugasan yang saya kaji iaitu mengenai kimia menurut islam yang merangkumi asal usul, sejarah kimia dalam islam, sumbangan dan tokoh-tokoh. Kimia telah diajar di dalam Islam dengan berlandaskan Al-quran dan hadis. Dimana setiap ajaran yang dibawa oleh Islam bukan sahaja dapat memberi keamanan di dunia, serta keadilan kepada setiap manusia di atas muka bumi ini.

Dengan mengkaji tugasan ini, saya dapat memahami hikmah-hikmah mengapa Islam mengharamkan atau menghalalkan sesuatu perkara serta Allah S.W.T melarang atau mengwajibkan perkara tersebut, kerana setiap benda yang diwajibkan dapat memberi kelebihan dan kesan positif kepada diri kita begitu juga sebaliknya. Saya berharap sesiapa yang membaca tugasan yang saya kaji ini dapat menghayati, memahami dan mengikuti setiap kebaikkan yang diperoleh.

ASAL USUL DAN MAKSUD KIMIA

Kimia Ditinjau dari Ilmu Pengetahuan Barat. Masyarakat primitif tak dapat mengatasi kekuatan alam yang membawa bencana, seperti wabak penyakit, gempa, banjir dan sebagainya. Akibatnya, sesuatu yang menurut perkiraan mereka merupakan penyebabnya harus dipuja agar bencana itu tidak terulang.

Pada abad pertengahan, sikap yang demikian itu beralih menjadi mistik. Para ahli kimia beranggapan bahwa dengan kekuatan ghaib, tembaga misalnya dapat diubah menjadi emas. Suatu penemuan yang pada zaman itu umumnya dapat diterima pada generasi berikutnya sehingga pengetahuan yang mereka peroleh tidak memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu. Pada akhir abad ke-17, ilmu kimia berkembang sebagai ilmu pengetahuan setelah Antoine Lauzent Lavoisier melalui metode yang dikenal sebagai metode ilmiah, yakni metode dengan pengamatan-pengamatan menghubungkan kenyataan, mengemukakan perkiraan, menguji perkiraan dengan percobaan selanjutnya, dan akhirnya menarik kesimpulan. Dengan hal ini, Lavoisier menyelidiki secara kuantitatif pembakaran zat-zat seperti besi, timah, dan sebagainya. Ternyata pembakaran mempunyai massa lebih besar daripada zat semula, sedangkan tekanan udara dalam tabung tempat pembakaran itu dilaksanakanmenjadi berkurang. Ini berarti ada sesuatu dari udara yang bersenyawa dengan zat yang dibakar. Lavoiser menarik kesimpulan bahwa pada pembakaran ada sesuatu zat diambil dari udara.

Yoseph Pristly, dalam eksperimennya, dengan memusatkan cahaya matahari pada serbuk berwarna merah mendapatkan zat cair abu-abu mengkilat (air raksa) dan gas tak berwarna.

Berdasarkan penemuan ini, air raksa yang dibakar dengan udara dalam volume tertentumenghasilkan serbuk merah, sedangkan volume udara berkurang sebanyak apa yang didapat kembali bila serbuk merah itu dipanaskan. Zat yang bersenyawa tersebut di sebut oksigen oleh Lavoiser

Kimia ditinjau dari Segi Agama Islam. Dalam era industrialisasi, diperlukan kemampuan manusia yang lebih unggul. Keunggulan manusia ini diperoleh dari hasil penggunaan akalnya yaitu melalui pengetahuan IPA dan Tekhnologi., IPA dan teknlogi juga memegang peranan penting dalam persaingan ini, peranan teknologi menjadi faktor yang menentukan, sehingga wajarlah bila pengembangan tekhnologi harus dilakukan secara sistematis, terarah dan bertahap.

Selain berjasa mengembangkan fizik dan astronomi, al-Khazimi juga turut membesarkan ilmu kimia dan biologi. Secara khusus, dia menulis tentang evolusi dalam kimia dan biologi. Dia membandingkan transmutasi unsur dengan transmutasi spesies.

Secara khusus, al-Khazini juga meneliti dan menjelaskan definisi ”berat”. Menurut dia, berat merupakan gaya yang inheren dalam tubuh benda-benda padat yang mnenyebabkan mereka bergerak, dengan sendirinya, dalam suatu garis lurus terhadap pusat bumi dan terhadap pusat benda itu sendiri. Gaya ini pada gilirannya akan tergantung dari kerapatan benda yang bersangkutan.
Al-Khazini juga mempunyai gagasan mengenai pengaruh suhu terhadap kerapatan, dan rajah-rajah berat spesifiknya umumnya tersusun dengan cermat. Sebelum Roger Bacon menemukan dan membuktikan suatu hipotesis tentang kerapatan air saat ia berada dekat pusat bumi, al-Khazini lebih dahulu telah mendalaminya. Ibrahim Ibnu Yahya An-Naqqosh seorang tokoh muslim yang dikenal sebagai penemu pembuatan kaca dari batu.
-6-
KIMIA DI DALAM AL-QURAN
Ilmu kimia juga mendapatkan perhatian dan dorongan daripada Al-Quran untuk dikembangkan. Manusia dan seluruh lingkungan hidupnya terbentuk dari elemen-elemen dan subtansi-subtansi yang tergabung menjadi sebuah ikatan kimia menurut hukum Allah S.W.T. Manusia sendiri tercipta dari tanah liat kemungkinan melalui sebuah proses kimia interaktif antara berbagai unsur dalam tanah yang berkerja menurut hukum-hukum Allah melalui proses perubahan dan kombinsi tertentu. Penciptaan langit dan bumi dalam enam “periode” dan penciptaan alam semesta dari air juga terjadi menurut hukum kombinasi dan perubahan yang diciptakan Allah S.W.T. Ayat-ayat Al-Quran yang menuturkan bagaimana Tuhan menciptakan langit, bumi, manusia, dan sebagainya, memberikan petunjuk yang kuat kepada para ilmuwan tentang membuat subtansi baru dengan menggabungkan berbagai unsur dan tentang kemungkinan mempelajari reaksi kimia dari penggabungan unsur-unsur itu dengan berbagai sifatnya. Ayat berikut mengemukakan kekuatan “pewarnaan” yang dilakukan Tuhan dan memberikan inspirasi kepada para ilmuwan untuk melakukan proses kimiawi dengan mencampurkan berbagai unsur kimia dengan sifat tertentu untuk membuat hal yang mirip dengan itu.

Sibghah Allah dan siapakah yang lebih baik sibghah-Nya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah (Al-Baqarah:138)kemudian proses penciptaan manusia yang menjadi titik sentral studi para teolog, filsuf, dan ilmuwan berabad-abad lamanya. Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukan ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). (Al-An’am: 2) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk (Al-Hijr: 26)

Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjdaikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan. Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (LufMahfuz). Sesunggguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah (Al-Fathir:11). Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak (Al-Rum :20)

Ayat-ayat tersebut mengundang perhatian kearah proses penciptaan manusia terutama berhubungan dengan telaah tentang terjadinya reaksi kimiawi dari subtansi-subtansi yang menjadi bahan baku penciptaannya dan pengaruhnya terhadap perilakunya sebagai makhluk hidup. Penciptaan alam semesta dan semua benda yang ada di dalamnya diuraikan dalam ayat berikut: Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:”Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab:”Kami datang dengan suka hati.” Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusan-Nya. Dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami menjadikannya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang (Fushshilat : 11-12)

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tiada juga beriman ?(Al-Anbiya’ : 30) Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ‘arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Makkah):”Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati.” Niscaya orang-orang kafir itu akan berkata:’ini tidak lain adalah sihir yang nyata.’”(Hud : 7)

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah (Al-Dzariyat : 49)

Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (Yasin : 36)

Ayat-ayat diatas dan ayat-ayat lain yang serupa dalam Al-Quran mengajak manusia memikirkan dan merenungkan proses penciptaan yang dilakukan Allah S.W.T dengan berbagai konteksnya dan mendorong manusia mengadakan eksperimen tentang interaksi antara berbagai subtansi yang berbeza, serta mengadakan kajian tentang perubahan-perubahan kimiawi yang memunculkan subtansi baru dan seterusnya.

Ramai yang tidak mengetahui bagaimana reaksi kimiawi benda-benda yang tidak bernyawa dapat menghasilkan makhluk hidup yang bernama manusia? Komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam tanah menjadi bahan dasar penciptaan manusia? dan, reaksi dari unsur-unsur apa saja yang menghasilkan makhluk yang mulia itu? Pertanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang serupa dengan itu menggerakkan minat para ilmuwan berabad-abad lamanya untuk mengadakan eksperimen-eksperimen yang mencuba mengungkap rahsia bagaimana makhluk hidup terbentuk dari berbagai unsur. Ayat-ayat berikut memberikan inspirasi lebih jauh untuk melakukan penelitian lebih lanjut:

Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan, Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (Al-An’am : 95)

Katakanlah:”Siapakah yang member rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab:”Allah.” Maka katakanlah:”Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”(Yunus : 31)

Ayat-ayat seperti itu tentu saja menunjuk pada kemungkinan ditemukannya subtansi yang lebih unggul dan lebih bermanfaat lewat percampuran berbagai unsur, dan bahkan kemungkinan menemukan sebuah bentuk kehidupan yang merupakan hasil interaksi kimiawi dari beberapa komponen yang beranekaragam.
Kesimpulannya, ayat-ayat tersebut jelas-jelas menggugah manusia agar melakukan penelitian lebih jauh dan lebih mendalam mengenai persoalan ini.

Al-Qur’an merujuk fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat ini boleh jadi telah menarik perhatian manusia untuk mempelajari berbagai elemen dan reaksi kimiawi yang ada di dalamnya.

Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan diantaranya ada yang meluncur jatuh (Al-Baqarah : 74)

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizing Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamanya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur (Al-A’raf : 58)

Aspek kimia madu merupakan petunjuk abadi bagi para ilmuwan untuk mengungkap keajaiban Tuhan yang mengubah struktur, sifat, dan kegunaan berbagai unsur kimiawi dalam kombinasi yang berbeza-beza. Dalam hal ini, Allah berfirman:

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:”Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibuat manusia.” Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya yang pada demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (Al-Nahl : 68-69)

Bagi ahli kimia, ini merupakan indikasi yang jelas bahwa campuran unsur-unsur tertentu bisa menghasilkan unsur yang baru sama sekali tidak berhubungan dengan unsur-unsur asalnya dalam hal sifat, zat, atau dampaknya.

Sebagaimana telah dikemukan pada urain sebelumnya, Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan atau kitab kimia dalam pengertian harfiahnya. Akan tetapi, Al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi umat manusia. Dalam berbagai konteks, Al-Qur’an memberikan petunjuk mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dan sekaligus menjadi gudang ilmu pengetahuan serta menjadi pintu pembuka untuk melakukan penelitian tentang berbagai aspek kehidupan manusia. Dengan demikian, dalam Al-Qur’an di sana-sini kita temukan ayat-ayat yang mendorong pembacanya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu kimia.

Untuk itu, tidak mengherankan jika para ilmuwan Muslim memperoleh inspirasi yang amat besar dari Al-Qur’an untuk mengembangkan ilmu ini. Misalnya, dengan berbagai konteks yang berbeda kita temukan dalam Al-Qur’an tentang emas dan perak sebagai logam mulia (Q.S Ali ‘Imran [3]: 14 dan Al-Taubah [9]: 34), sebagai barang perhiasan yang mewah (Q.S Al-Zukhruf [43]: 33-53), dan sebagai tanda karunia Allah yang akan diberikan kepada para penghuni surga (Q.S Al-Hajj [22]: 23 dan Al-Kahfi [18]: 31).

Besi disebut-sebut sebagai logam yang mengandung banyak manfaat Al-Hadid : 25), sebagai contoh benda yang paling keras (Al-Isra’ : 51), sebagai zat yang berwarna merah jika dipanaskan sehingga dapat digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan (Al-Kahfi : 96), menjadi bahan pokok untuk membuat barang-barang lainnya seperti baju besi (baju perang, Saba’: 10-11), dan menjadi alat penyiksaan di neraka ( Al-Hajj : 21).

Demikian pula dengan timah dan tembaga yang disebut Al-Qur’an sebagai bahan pelengkap konstruksi sebuah bangunan (Al-Kahfi : 96) serta yang dalam surah (Ibrahim : 50) disebutkan sebagai pakaian penghuni neraka.

Al-Quran juga menyebutkan adanya sebuah benda yang mungkin boleh disebut sebgai “atom” dan benda lain yang lebih kecil dari atom (Al-Zalzalah : 7-8) dalam kaitannya dengan nilai perbuatan manusia. Tidak ada satupun yang tersembunyi dari Tuhan, apakah itu lebih besar atau lebih kecil daripada atom (Saba’ : 22). Dalam Al-Quran, ditemukan pula keterangan tentang reaksi-reaksi exothermal dan endothermal dalam hubunganya dengan pemanasan benda tertentu yang dikemukakan dalam konteks hukum neraka (Al-Kahfi : 29; Al-Hajj : 21 dan Ibrahim : 50; dalam hubungannya dengan konstruksi bangunan (Al-Kahfi : 96; deskripsi hari kebangkitan (Al-Ma’arij : 8-9); serta makanan penghuni neraka (AL-Dukhan : 45-46).

Ayat-ayat diatas dan ayat-ayat lain yang serupa dengan itu menjadi inspirasi besar bagi para ilmuwan Muslim untuk mengembangkan ilmu kimia.

SUMBANGAN KIMIAWAN ISLAM

Terdapat banyak kimiawan Islam memberikan sumbangan yang sangat berguna dan dapat mengubah dunia serta dapat memajukan lagi agama Islam. Sumbangan kimiawan Islam ini juga telah dijadikan bahan rujukan dan kajian oleh pihak barat.

Antara kimiawan islam adalah Abu Musa Jabir Bin Hayyan dan Muhammad Abu Zakariyya al-Razi. Al Razi juga sebagai pengarang kitab Sirr Al Asrar (rahsianya rahsia) tentang penyulingan minyak mentah, pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi (sekarang Perancis yang terkenal), ekstrak tanaman untuk keperluan obat, pembuatan sabun, kaca warna-warni, keramik, tinta, bahan celup kain, ekstrak minyak dan lemak, zat warna, bahan-bahan dari kulit, Mengembangkan penelitian tentang penyakit wanita dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit mata, penyakit campak dan cacar. Dapat disimpulkan bahwa kedua nama besar tersebut adalah insan berjaya dalam kajian kimia.

Sumbangan besar yang lain dalam tamadun Islam mengenai bidang ini adalah dalam aspek proses penyulingan (taqtir atau tas'id), peralatan teknologi kimia dari bikar hingga ke penyuling (qar' dan al-ambiq); dan kaedah menghasilkan minyak pati ('itr), naft atau naftah (petroleum), al-kuhul (alkohol), asid galian seperti asid nitrik, sulfurik (ruh al-saj) dan hidroklorik; dan al-qali (alkali) melalui antara lain proses penyulingan ini. Para ahli teknologi kimia Islam juga telah mencipta proses pembuatan sabun keras, memperbaiki proses pembuatan kaca, dan licauan untuk tembikar serta mencipta ubat bedil atau barud (gunpowder). Pengunaan teknologi kimia untuk menghasilkan ubat-ubatan untuk perubatan juga disorot. Ahli al-kimiya Islam seperti Jabir dan al-Razi dalam penulisan mereka telah mengetahui bahawa pembuatan bahan kimia berlaku melalui proses-proses kimia seperti penyulingan, penyejatan, pengeringan, penurasan, penghabluran, pemejalwapan dan sebagainya.

Al-Kindi dalam bukunya Kitab Kimiya al-'ltr wa al-Tas'idat (Buku tentang Kimia Minyak Pati dan Pemejalwapan (Penyulingan)) yang diterbitkan pada abad kesembilan Masehi telah membincangkan mengenai beberapa jenis proses penyulingan. Ahli kimia Islam juga telah mencipta penyuling jenis retort. Al-Hassan seorang ahli sejarah teknologi Islam telah mencadangkan bahawa penyulingan merupakan sumbangan ahli teknologi Islam yang amat penting kepada perkembangan teknologi kimia moden.

Melalui penyulinganlah, ahli kimia Islam telah berjaya mengasingkan al­'atr atau minyak pati daripada bunga dan tumbuhan seperti yang diperihalkan oleh al-Kindi dalam bukunya itu. Al-'atr atau lebih dikenali sebagai minyak atar merupakan bahan yang digemari oleh Rasulullah S.A.W. dan disunatkan memakainya ketika ingin bersolat jumaat.

Ahli teknologi kimia Islam telah buat pertama kalinya menggunakan penyuling untuk memisahkan minyak mentah dari Baku kepada naft putih (pecahan ringan) dan naft hitam (pecahan berat). Selain itu, perkataan alkohol itu jelas merupakan perkataan Arab al-kuhul yang ditukarkan kepada bahasa Inggeris. Proses menghasilkan al-kuhul dan sifat-sifatnya telah diperihalkan secara terperinci oleh ahli kimia Islam al-Kindi dalam Kitab Kimiya al-'ltr wa al­Tas'idat. Sifat kebolehbakarannya dicerap dan digunakan oleh Jabir bin Hayyan. Asid-asid galian seperti asid nitrik, hidroklorik dan sulfurik yang merupakan bahan teknologi kimia yang penting dalam perkembangan industri kimia hinggalah ke hari ini, telah dihasilkan oleh ahli teknologi kimia Islam melalui penyulingan. Jabir bin Hayyan dalam Sanduq al­Hikmah telah memperihalkan proses menghasilkan asid nitrik dengan menyuling campuran nitre (kalium nitrat), vitriol Kubrus (kuprum sulfat) dan alum Yemen (aluminium sulfat).

Jabir bin Hayyan tahu bahawa sekiranya asid nitrik ini dicampur dengan sal ammoniak (ammonium klorida), campuran asid nitrik-asid hidroklorik (aqua regia) yang terhasil boleh melarutkan emas yang seterusnya boleh dipisahkan daripada perak. Al-Razi telah memperihalkan proses menghasilkan asid sulfurik (ruh al-saj) dengan menyuling vitriol hijau (ferus sulfat) atau dengan membakar belerang (sulfur) pada abad kesembilan Masihi. Al-qali (alkali) amat diperlukan untuk membuat kaca, licauan dan sabun.

Al-Razi telah memperihalkan kaedah menghasilkan al-qali daripada abu kayu oak dan daripada pohon solsola soda (al-Hassan dan Hill, 1986). Selain dalam bidang-bidang yang disebutkan di atas, sumbangan ahli kimia Islam juga memberi makna besar terhadap membaiki dan proses pembuatan kaca. Jabir bin Hayyan telah memperbaiki proses pembuatan kaca dengan menambah garam magnesium kepada campuran bahan mentah kaca supaya warna kemerahan dinyahkan sehingga kaca menjadi jernih. Ahli teknologi kimia Islam di Baghdad telah memperkenalkan licauan yang berasaskan garam timah untuk menghasilkan tembikar yang setanding kualitinya dengan tembikar Dinasti Tang.

Perkembangan ubat bedil (gunpowder) dan naft oleh orang Islam merupakan salah satu pencapaian teknologi kimia Islam yang amat penting kerana pencapaian ini telah memberikan kepada tentera Islam ketinggian teknologi perang yang menyebabkan kemenangan di Ghazwah al-Mansurah melawan tentera Salib pada abad ketiga-belas Masehi (1249) dan Ghazwah 'Ain Jalut menentang tentera Mongol pada abad yang sama (1260). Al-Razi dan al-Zahrawi pula merupakan dua ahli teknologi kimia yang juga ahli perubatan. Mereka mempelopori bidang petrokimia atau kimia untuk perubatan.

TOKOH-TOKOH KIMIA DALAM ISLAM

Bidang kimia yang di pelopori orang Islam mencapai kemuncaknya dengan cepat dalam abad ke-8 dengan kemunculan Jabir Ibn Hayyan. Beliau menghasilkan banyak penulisan yang kemudiannya ditambah lagi oleh penuntut-penuntutnya yang menulis mengikut doktorin Jabir. Himpunan hasil penulisan ini dikenali sebagai Korpus Jabir. Di antaranya termasuklah Kitab al- Sab’in dan kitab al-Mizan yang merupakan asas kepada Kimia Latin yang mula berkembang pada abad ke-15.


Jabir ibnu Hayyan lahir tahun 721 dan di Barat dikenal dengan nama Geber. Sampai akhir abad 17, ia bersama dengan Zakaria Razisangat menonjol sebagai ahli kimia termasyhur yang dihasilkan abad pertengahan. Anak seorang penjual ubat di Kufah (Iraq) ini juga merupakan seorang sufi. Dalam penemuannya, Jabir membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi. Jabir pula menyiapkan tekniknya, mirip semua 'technique' kimia modern. Ia membezakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tidak langsung yang memakai bejana kering. Dia pula yang pertama mengakui bahawa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan.

Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan eksperimen. Dalam bidang kimia, karya Jabir ibnu Hayyan mencapai lebih 500 buah, tapi hanya beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Di antara bukunya yang terkenal adalah Al Hikmah Al Falsafiyah, diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul Summa Perfectionis.

Idea-idea eksperimen Jabir sekarang lebih dikenal sebagai dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, non-metal dan penguraian zat kimia.Jabir Ibnu Hayyan wafat. tahun 815; ahli kimia dengan berbagai eksperimennya, penemu sejumlah perlengkapan alat laboraturium modern, system penyulingan air, identifikasi alkali, asam, garam, mengolah asam sulfur, soda api, asam nitrihidrokhlorik pelarut logam dan air raksa (sebelum Mary Mercurie), pembuat campuran komplek untuk cat.

Muhammad Abu Zakariyya al-Razi lahir tahun 865 menghasilkan Kitab al-Asrardan kitab Sirr al-Asrar serta al-Madkhal al-Thalim yang masih digunakan oleh para ahli kimia terkemudian kerana al-Razi masih mengekalkan bahasa simbol kimia di dalam penulisannya. Sumbangan terpenting al-Razi termasuklah pengkelasan benda-benda kepada logam, tumbuh-tumbuhan dan haiwan. Beliau juga memberikan penerangan yang lebih teliti tentang proses pemejalwapan, penyulingan, penghabluran, penurasan dan sebagainya. Al-Razi juga menerangkan berbagai alat radas pegujian kimia seperti bikar, kelalang, lampu nafta, relau pelebur, dan berbagai lagi. Perjumpaan dan penerangan proses pengasingan dan penceraian ini adalah sangat penting kerana tanpa pengetahuan kepada proses ini adalah amat sukar untuk menyediakan bahan bagi sesuatu pengujian. Al-Marrakusyi dari Magrib menulis proses kimia dalam bentuk mimpi dalam Risalat al-Ruhawiyat.

Al Razi wafat tahun 925 sebagai pengarang kitab Sirr Al Asrar (rahasianya rahasia) tentang penyulingan minyak mentah, pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi (terkenal di Perancis), ekstrak tanaman untuk keperluan ubat, pembuatan sabun, kaca warna-warni, keramik, tinta, bahan pencelup kain, ekstrak minyak dan lemak, zat warna, bahan-bahan dari kulit, Mengembangkan penelitian tentang penyakit wanita dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit mata, penyakit campak dan cacar. Dapat disimpulkan bahwa kedua nama besar tersebut adalah insan berjaya dalam kajian kimia.

PENUTUP

Allah S.W.T menciptakan bagi manusia seluruh jenis ilmu di muka bumi ini, namun Allah S.W.T memberi rahmat baginya segala ilmu yang baik dan pelbagai rezeki yang membawa manfaat.

Saya akan merumuskan isi yang pertama iaitu asal usul dan maksud kimia dalam Islam. Maksud yang digunakan dalam Islam lebih teliti kerana ia dikaji melalui Al-Quran dan hadis. Kesimpulan kedua, mengenai kimia di dalam Al-Quran. Terdapat banyak ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan unsur-unsur kimia, oleh itu ia dapat memudahkan umat islam untuk mendapat ilmu secara mudah. Seterusnya, sumbangan kimiawan Islam yang telah menaikkan taraf dan nama agama Islam ke persada dunia. Akhir sekali, tokoh-tokoh kimiawan Islam yang dapat dijadikan pedoman dan contoh akan usaha keras mereka dalam memajukan Islam dalam kehidupan kita.

Saya berharap seluruh umat Islam harus bersyukur kerana dilahirkan di dalam agama Islam yang menjaga dan memberikan yang sempurna kepada umatnya, diberi contoh teladan seperti Rasulullah S.A.W serta diberi Al-Quran dan hadis sebagai rujukan.


Pensyarah: Abd Aziz bin Harjin
Tel: 013-400-6206, 011-1070-4212, 04-988-2701
abdazizharjin@perlis.uitm.edu.my
URL: abdazizharjin.blogspot.com



No comments:

Post a Comment